Titip Rindu untuk IJEN (Ketika rindu mengetuk sebuah kepulangan)

Ijen menjadi saksi bisu dari perjalanan batin yang mendalam, tentang persahabatan yang teruji waktu, harapan yang perlahan menemukan jalannya, dan keberanian untuk kembali merangkul kenangan masa lalu demi melangkah menuju masa depan yang baru. Di antara dinginnya embun pagi dan hangatnya sinar mentari yang mengintip di lereng gunung, Ijen menghadirkan panggung simbolis tempat rasa rindu, kehilangan, dan keikhlasan berpadu. Kabut yang menyelimuti lerengnya menjadi metafora akan perjalanan hati manusia, terkadang samar, tetapi selalu menuju terang.
“Titip Rindu untuk Ijen” bukan sekadar cerita; ia adalah ungkapan tentang alam, persahabatan, dan perjalanan jiwa. Dengan latar keindahan Ijen yang memukau dan sarat makna, kisah ini mengalir lembut seperti desahan angin yang membawa bisikan rahasia bumi. Dalam setiap embusan angin yang mengelus wajah dan tatapan terakhir ke birunya kawah, Angga dan Rana memahami sebuah pelajaran penting, bahwa kepulangan bukan hanya soal kembali ke sebuah tempat, tetapi soal menemukan jalan pulang ke hati yang pernah menjadi rumah.
Kisah ini mengajarkan bahwa rindu adalah bahasa yang tak butuh kata, sebuah jembatan tak kasat mata yang menghubungkan jiwa-jiwa yang saling mencari meski dipisahkan oleh jarak dan waktu. Ijen menjadi cermin dari keindahan hubungan manusia—rapuh, indah, dan penuh makna—sekaligus menjadi pengingat bahwa setiap perjalanan, tak peduli seberapa jauh, selalu memiliki titik temu di hati mereka yang saling merindu.

Rp 78.000