Cahaya Pesantren (Dalam Rindu dan Bertumbuh)
“Rindu tidak pernah absen dari kehidupan seorang santri. Tapi dari rindu itulah jiwa ditempa, adab dilatih, dan cahaya ilmu menyala perlahan.”
Fathir, seorang bocah desa yang senang bermain layangan di bawah langit Tanjung Hulu, mendapati dirinya harus berpisah dari kenyamanan rumah dan dikirim ke sebuah pesantren. Dengan hati yang belum siap dan mimpi yang masih ingin bebas, ia melangkah ke dunia baru: dunia tikar basah, kitab tanpa harakat, dan pagi-pagi dingin yang disambut suara pengeras mushalla.
Namun, pesantren bukan sekadar tempat belajar agama. Ia adalah kawah yang mengubah resah menjadi keteguhan, dan keluhan menjadi kedewasaan. Dalam ruang-ruang sederhana itulah Fathir belajar makna sabar, makna cinta tanpa pamrih dari orang tua, dan makna tangis yang diam-diam berubah jadi doa.
Lewat narasi yang jujur, liris, dan menyentuh, kisah ini seperti surat panjang kepada siapa pun yang pernah merasa kehilangan arah, pernah dipaksa kuat oleh keadaan, atau pernah merindukan rumah dari balik jeruji rindu bernama pesantren.
Novel ini bukan hanya cerita tentang seorang anak yang belajar hidup. Ini adalah kisah tentang kita semua—yang sedang tumbuh, tersandung, dan berharap: semoga cahaya itu tetap menyala, meski hanya sebesar kunang-kunang dalam hati yang gelap.
Penulis: Samsul Arifin
Editor: Nurul Yaqin
Rancang Sampul: Nurul Yaqin
Tata Letak Isi: Nurul Yaqin
Cetakan Pertama, Juni 2025
200 halaman
14 x 21 cm
ISBN: –