Single

Untaian Kerinduan

Seperti waktu yang berlalu dengan cepat, sama seperti kisahku yang hanya dianggap angin lalu dan tak berharga olehnya yang selalu kupuja. Usainya waktu menciptakan kenangan yang berbekas dalam ingatan. Mengenangnya bukan untuk berharap  kembali, tapi hanya sekedar merenungi. Bahwa selama ini, akulah “Si Pemaksa” itu, ia hanya menjalankan perannya tanpa kasih sayang dengan penuh kepalsuan.

Dan rangkaian kata ini menggambarkan waktu yang sudah lama terbuang dan kembali menjadi kenangan. Ada rasa yang kembali berulang untuk mengembalikan waktu, keindahan akan masa lalu, berkumpulnya orang terkasih, dan damainya tawa yang bertaburan. Memang di masa ini kita sudah beranjak dewasa, tapi ada saatnya rasa lelah kembali membawa kita rindu pada kedamaian. Masa itu saat semua damai dengan alurnya, saat semua tawa hadir dan jauh dari dusta.

Berakhirnya lembaran di buku ini memberikan pertanda bahwa “ Kita “ akan menjadi “ Aku “ dan

“ Kamu “ dan usainya waktu terindah yang telah dilalui dan berujung lara pada setiap lembarannya.

 

Penulis: Nailah Rizka Permayuda, Syifa Reshaina

Editor: Nofieana Gusti Winata

Rancang Sampul: Nurul Yaqin

Tata Letak Isi: Nurul Yaqin

 

Cetakan Pertama, Februari 2025

82 halaman

14 x 21 cm

ISBN: –

Rp 55.000

Lenora

Lenora adalah seorang anak dari salah satu konglomerat yang ada di kotanya. Ia hidup dengan kemewahan dan penuh kasih sayang dari keluarga.  Kebahagiaan yang selalu datang dalam hidupnya sebelum beriringan dengan insiden yang mengerikan. Lima belas tahun ia harus memutus semua akses dengan lingkungan sekitarnya, lalu mendapat kabar bahwa dirinya akan mengikuti pembelajaran di sekolah seperti pada umumnya, membuat Lenora sangat bahagia. Tanpa ia sadari, berita bahagia tersebut malah membuat hidup dan nyawanya terancam.

Sekolah adalah tempat di mana pertemuan pertama kali Lenora dengan seorang lelaki tampan dan gagah bernama Galvez. Kisah cinta mereka memang tidak seindah yang ia inginkan, ketakutan dan kegelisahan selalu menghampiri hidupnya. Selain itu, Lenora juga sering diganggu oleh komplotan yang kembali menerornya.

Apakah Lenora bisa selamat dari segala teror yang ia dapatkan? Apakah cinta mereka bisa bertemu? Apakah Lenora bisa bertahan? Dan siapa dalang dibalik seluruh teroran tersebut. Semuanya dikemas apik dalam novel yang menarik ini. Selamat membaca dan menelusuri setiap lekuk alur yang mewarnai  kisah ini. Temukan  jawaban dan hikmah yang menarik dari novel yang luar biasa ini. Selamat membaca!

Penulis: Ayyla Ratu Azzahra

Editor: Nofieana Gusti Winata

Rancang Sampul: Nurul Yaqin

Tata Letak Isi: Nurul Yaqin

 

Cetakan Pertama, Februari 2025

266 halaman

14 x 21 cm

ISBN: –

Rp 80.000

Sholeh Ilham (Munsyid Shalawat) Shalawat sebagai Pilar Pembentukan Generasi Pancasilais, Religius & Nasionalis

“Jika hatimu masih enggan membaca shalawat, jika shalawatmu belum tertaut ke dalam hatimu, jika cintamu tidak menemukan rasa rindu pada Rasulullah, maka buku ini jawaban untuk mewujudkan itu semua.”  Muhammad Taufiq Maulana, S.Sy. M.H.I (Founder Aswaja Dewata, Penulis Buku Fiqih Muslim Bali dan Sekretaris PW LBM Bali)

“Buku ini bukan hanya bacaan biasa, tetapi sebuah ajakan untuk generasi muda agar dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap agama, bangsa, dan negara melalui shalawat.” K.H. Muhammad Shiddiq Zuhdi, S.Ag. (Pengasuh Ponpes Rubath MataPagi Juwana)

“Bacaan ini begitu inspiratif, cocok sekali dibaca bagi generasi bangsa. Mengajak kita tafakkur tentang keindahan teladan Rasulullah.” Gus Dr. Abdul Haq AS, S.Pd.I, M.Pd.I (Ketua Prodi MPI Pascasarjana IAI At-Taqwa, Bondowoso dan Ketua Umum Biro Pendidikan Pondok Pesantren Darul Huda Pengarang Jambesari Darus Sholah Bondowoso)

Bukunya bagus, memberikan motivasi sekaligus inspirasi dalam hal spiritual dan tentu akan berdampak positif bagi masyarakat. Bahasanya mudah dipahami dengan alur yang mengalir dan dijelaskan secara rinci. Lukni Burhanuddin Ahmad, S.Ds, M.S.M (Dosen FEB Universitas Jenderal Achmad Yani, Jawa Barat dan Pengusaha Muda “Ahmadcorp”)

“Buku berjudul Sholeh Ilham(Munsyid Shalawat) yang ditulis Muhammad Nurul Yaqin merupakan karya yang kompleks. Di dalamnya ada perpaduan antara denyut tradisi dan spiritualitas masyarakat Islam Nusantara. Ia menggambarkan keindahan shalawat bukan hanya sebagai ibadah, tetapi juga sebagai ekspresi cinta dan penghayatan akan nilai-nilai luhur kehidupan.”  Mohammad Hairul, S.Pd, M.Pd (-Ketua Pengurus Cabang LTNNU (Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama) Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. -Instruktur Nasional Literasi Baca-Tulis, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.)

“Buku ini inspiratif dan penuh makna bagi siapa saja yang ingin memahami bagaimana shalawat dapat menjadi salah satu pilar dalam membentuk karakter generasi muda yang berjiwa Pancasila, religius, dan nasionalis.” Dr. Shaleh, S.Ag., M.Pd., CRMP. (Dosen/Kepala Satuan Pengawasan Internal UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

“Buku ini sangat menginspirasi melalui ketokohan Gus Sholeh Ilham serta keteladanan terhadap upaya beliau dalam menjaga dan melanggengkan shalawat.” Heru Sulistya, S.Pd., M.Pd. (Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta)

  • Penulis:Mohammad Nurul Yaqin
  • Editor:Nurul Yaqin
  • Layout:Nurul Yaqin
  • Desain Sampul:Nurul Yaqin
  • Cetakan Pertama, Februari 2025
  • 442 halaman
  • 14 x 21 cm
Rp 110.000

Ikhlasku Bersamamu

Ikhlasku Bersamamu adalah sebuah kisah tentang perjalanan hati yang menerima luka sebagai bagian dari cinta, sebuah pelajaran hidup yang mengajarkan bahwa cinta sejati sering kall hadir dalam bentuk yang tak terduga. Dalam sunyl yang penuh makna, aku belajar bahwa ikhlas bukanlah menyerah pada keadaan, melainkan sebuah keberankan untuk merelakan dengan sepenuh hati, meskipun rasa masih bergemuruh sepert ombek yang tak kunjung reda di dada. Bersamamu, aku memahami bahwa cinta sejati bukan tentang memiliki seseorang sepenuhnya, tetapi tentang memberi ruang bagi kebahagiaan yang lebih besar, meski itu berarti harus melepasmu untuk terbang bebas menuju impilan yang kau dambakan. Ada luka yang mengendap di relung hati, namun aku menyadari bahwa luka Itu adalah bukti dari cinta yang tulus, cinta yang memilih untuk memberi tanpa berharap kemball. Aku memahami bahwa merelakan bukan berarti melupakan, tetapi mencintal dengan cara yang lebih dewasa dengan doa doa yang senyap dan harapan yang tetap menggantung di langit kehidupan. Dalam keperglanmu, aku menemukan kedalaman makna bahwa cinta sejati adalah tentang kebahagiaanmu, meskipun itu berarti aku harus mengalah pada jarak, waktu, dan kenyataan yang tidak berpihak. Di setiap helal angin senja yang menyentuh kuilt, ak mengirimkan rindu yang tak terucap, menyelipkan namamu dalam doa, berharap engkau menemukan kedamaian yang kucita citakan untukmu. Aku memilih mencintaimu dengan khlas, karena aku talu, cinta yang memaksa akan kehilangan maknanya, sedangkan cinta yang merelakan akan bertahan dalam keabadian.

  • Penulis: Muhammad Nurul Yaqin
  • Editor: Nurul Yaqin
  • Rancang Sampul: Nurul Yaqin
  • Tata Letak Isi: Nurul Yaqin
  • Cetakan Pertama, Februari 2025
  • 494 halaman
  • 14 x 21 cm
Rp 120.000

Pemandu Jalanku

Menyimpan semua rasa dan menguntainya dalam kata, cerita yang dirangkai oleh makna dan dengan kalimat yang nyata. kisah perjalanan Panjang tentang sebuah keberuntungan dan kemalangan yang dipandu oleh orang yang berbeda  di setiap masanya. Mereka  datang lalu pergi, seperti pelangi yang indahnya dan  hanya singgah. Namun yang diinginkan hanyalah seorang pemandu yang selalu hadir.

 Akankah pemandu itu bisa menyinari hidupku hingga akhir?

 

Penulis: Keisha Brilianda

Editor: Nofieana Gusti Winata

Rancang Sampul: Nurul Yaqin

Tata Letak Isi: Nurul Yaqin

 

Cetakan Pertama, Februari 2025

68 halaman

14 x 21 cm

ISBN: –

Rp 55.000

Jember Mengajar (Integrasi Kearifan Lokal dalam Pendidikan SD)

Di tengah arus globalisasi dan era digital yang semakin pesat, pelestarian kearifan lokal menjadi tantangan sekaligus peluang dalam pendidikan dasar. Buku ini hadir sebagai jembatan yang menghubungkan warisan budaya Jember dengan dunia pendidikan modern.
Karya ini menghadirkan eksplorasi mendalam tentang kekayaan budaya Pandhalungan yakni perpaduan unik antara budaya Jawa dan Madura yang menjadi identitas Jember. Dari legenda Watu Ulo hingga kemeriahan Can-macanan Kadduk, dari filosofi Bhuppa’ Bhabhu’ Ghuru Rato hingga kelezatan Prol Tape, setiap aspek budaya diuraikan dengan cermat dan kontekstual.
Lebih dari sekadar dokumentasi budaya, buku ini menyajikan panduan praktis bagi guru SD dalam mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam pembelajaran. Dilengkapi dengan model pembelajaran inovatif, Rencana pembelajaran siap pakai, dan sistem evaluasi yang komprehensif, buku ini membantu pendidik menciptakan pembelajaran yang bermakna dan berakar pada nilai-nilai lokal.
Melalui pendekatan tematik-integratif, buku ini menunjukkan bagaimana kearifan lokal dapat memperkaya berbagai mata pelajaran. Tidak hanya mempertahankan warisan budaya, tetapi juga mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan global dengan tetap berpegang pada identitas lokal mereka.
Sebuah rujukan lengkap bagi guru, praktisi pendidikan, dan pemerhati budaya yang peduli akan pelestarian kearifan lokal melalui pendidikan dasar.

 

Penulis: Moh. Ferdi Hasan, Muh. Akbar Patty, Ni’matul Khayati

Editor: Moh. Ferdi Hasan

Rancang Sampul: Nurul Yaqin

Tata Letak Isi: Nurul Yaqin

 

Cetakan Pertama, Maret 2025

360 halaman

14 x 21 cm

ISBN: 978-623-6671-76-4

Rp 68.000

Raga yang Bercerita

Luka yang ditinggalkan dalam sebuah Lara.

Tentang anak yang kehilangan peran Ayahnya.

Cara mencintai versi diriku mungkin berbeda dengan gadis lain. Kuungkapkan melalui sajak Aksara yang abadi dan akan tetap abadi selamanya.

Ayah, ternyata benar. Menjadi dewasa itu tidak enak banyak beban yang harus kutanggung, banyak sakit yang harus kulewati, banyak cobaan yang harus kuhadapi. Semua itu  hanya untuk bertahan hidup demi menggapai apa yang kuinginkan.

Pundak ku terlalu lelah Ayah.

Harus kemana lagi aku mencari peranmu?

Aku tersesat, tolong beri tahu jalan mana yang harus kulewati? Aku kehilangan arah untuk menuju pulang.

Abadilah engkau dalam puisi yang kutulis, engkau peran utama menjadi tokoh melegenda dalam goresan ini.  Engkau akan selalu ada dalam puisi- puisi indahku, meski raga kita tak bersama lagi.

 

Penulis: Najla Anidya Hanifa

Editor: Nofieana Gusti Winata

Rancang Sampul: Nurul Yaqin

Tata Letak Isi: Nurul Yaqin

Cetakan Pertama, Februari 2025

70 halaman

Rp 55.000

Aku dan Semesta (Menata Asa Melangitkan Puja)

“Aku Dan Semesta” hanyalah rangkaian kata dari sebuah kenyataan. Mendeskripsikan ribuan memori yang mungkin pernah terjadi. Berisi harapan tentang bagaimana ingin menjalani hari agar berarti dan disini sebuah insan menjadi abadi. Kata manusia dan ‘logikanya’ tak pernah ada disini. Karna setiap makna yang ada hanya mampu dipahami oleh hati yang murni. Mungkin ini bukan yang terakhir kali, bahkan kisahku dan semesta masi bersemi di sini. Tapi, setelah tulisan ini, perasaan akan menutup hari untuk para hati yang berniat menyakiti lagi.

Ku harap ini yang terakhir, jangan biarkan hati kecilmu tersakiti lagi😊

Rp 65.000

Sembuhkan Dulu Lukamu

Dalam perjalanan hidup, setiap luka adalah cerita. Sebuah kisah tentang jatuh dan bangkit, tentang malam-malam panjang yang dibasahi air mata, dan tentang kekosongan yang berbisik lembut di sela-sela kesunyian. Luka itu mungkin datang dari kehilangan, pengkhianatan, atau harapan yang runtuh di tengah jalan. Ia menorehkan rasa sakit yang begitu dalam, menyisakan bekas di hati yang terkadang sulit dijangkau oleh kata-kata.

Namun, percayalah, setiap luka memiliki takdirnya sendiri untuk sembuh. Seperti bumi yang selalu menemukan jalannya untuk pulih setelah badai, hati manusia pun diciptakan dengan kekuatan untuk memperbaiki dirinya sendiri. Tapi, untuk sembuh, ia perlu waktu. Ia perlu perhatian dan kasih sayang. Ia perlu pelukan dari jiwa yang sabar, yang tak memaksa tapi setia menunggu.

Sembuhkan dulu lukamu sebelum kau kembali melangkah. Jangan terburu-buru mengisi kekosongan dengan sesuatu yang rapuh. Jangan paksa dirimu untuk tersenyum ketika hatimu masih bergetar menahan tangis. Biarkan luka itu bicara, biarkan ia mengajarkanmu pelajaran yang mungkin hanya bisa dipahami lewat rasa sakit. Ketahuilah, menyembuhkan luka bukanlah tentang melupakan, tapi tentang berdamai. Bukan tentang menyembunyikan, tapi menerima. Karena luka yang sembuh dengan cinta dan kesadaran akan membentukmu menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih lembut, dan lebih bijaksana.

Jadi, ambillah waktu untuk sembuh. Dalam keheningan, temukan kembali dirimu yang sempat hilang. Di sela-sela doa, temukan makna dari semua yang pernah kau lewati. Sebab, ketika lukamu sembuh, hatimu akan kembali berpendar. Dan di saat itulah, langkahmu menuju masa depan akan terasa lebih ringan, lebih penuh dengan cahaya.

Rp 80.000

Titip Rindu untuk IJEN (Ketika rindu mengetuk sebuah kepulangan)

Ijen menjadi saksi bisu dari perjalanan batin yang mendalam, tentang persahabatan yang teruji waktu, harapan yang perlahan menemukan jalannya, dan keberanian untuk kembali merangkul kenangan masa lalu demi melangkah menuju masa depan yang baru. Di antara dinginnya embun pagi dan hangatnya sinar mentari yang mengintip di lereng gunung, Ijen menghadirkan panggung simbolis tempat rasa rindu, kehilangan, dan keikhlasan berpadu. Kabut yang menyelimuti lerengnya menjadi metafora akan perjalanan hati manusia, terkadang samar, tetapi selalu menuju terang.
“Titip Rindu untuk Ijen” bukan sekadar cerita; ia adalah ungkapan tentang alam, persahabatan, dan perjalanan jiwa. Dengan latar keindahan Ijen yang memukau dan sarat makna, kisah ini mengalir lembut seperti desahan angin yang membawa bisikan rahasia bumi. Dalam setiap embusan angin yang mengelus wajah dan tatapan terakhir ke birunya kawah, Angga dan Rana memahami sebuah pelajaran penting, bahwa kepulangan bukan hanya soal kembali ke sebuah tempat, tetapi soal menemukan jalan pulang ke hati yang pernah menjadi rumah.
Kisah ini mengajarkan bahwa rindu adalah bahasa yang tak butuh kata, sebuah jembatan tak kasat mata yang menghubungkan jiwa-jiwa yang saling mencari meski dipisahkan oleh jarak dan waktu. Ijen menjadi cermin dari keindahan hubungan manusia—rapuh, indah, dan penuh makna—sekaligus menjadi pengingat bahwa setiap perjalanan, tak peduli seberapa jauh, selalu memiliki titik temu di hati mereka yang saling merindu.

Rp 78.000
Tampilkan lebih banyak